Derama

Berhubung gue sedang suwung (red=nggak produktif) beberapa hari terakhir gue menyempatkan diri nonton film, tv series amerika, k-drama, j-drama, baca novel ataupun komik. Tapi mungkin diantara kegiatan ini, gue paling suka berburu drama korea-jepang.

Loh?

Drama di sana teramat sangat produktif. Setahun setidaknya ada lebih dari 50 judul. Mungkin seperempat atau lebih masuk katageori worth to watch atau bahkan jadi hits. Nyari-nyari berdasarkan abjad, tahun produksi atau dari popularitas. Bacain sinopsis satu-satu. Kalau sinopsinya menarik nonton episode satu dulu. Kalau belum yakin liat review drama tersebut di blog-blog orang. Kalau udah begini, seharianpun bisa lewat. Kedengerannya ribet, tapi pas dapet drama yang worth to watch jadi gimana gitu, ehehe.

Kalau ngomongin selera, gue gak membatasi sih. Dari Breaking Bad sampai Descendant of The Sun gue nonton. Gak melulu harus menye-menye atau yang menegangkan. Gue bahkan nonton Kodoku no Gurume kayak orang kurang kerjaan hahaha.

Tapi k-drama adalah pengecualian. Banyak judul yang gue drop di tengah jalan, karna nggak kuat. Nggak kuat liat cowok cantiknya, nggak kuat dengan alur ceritanya yang terlalu lebar. Gue sempet liat Pinochio, tapi cuman bertahan 5 Episode. DOTS cuman 8 episode. Satu-satunya yang tamat cuman Cheese in The Trap. Gue jg lupa kenapa gue akhirnya bisa nyelesein drama itu. Walaupun ending dari cerita agak bikin kesel tapi endingnya pas dengan alur cerita yang udah dibangun dari episode satu.

Mungkin karena gue kesering nonton drama Jepang kali ya? Drama Jepang kebanyakan cuman 8-12 episode aja. Kecuali Asadora series yang bisa sampe 155 episode dengan durasi 20 menit/episode. Drama Korea bisa sampe 20 episode. Kadang yang bikin kesel itu alur ceritanya. Side questnya terlalu banyak. Misal, Cheese in The Trap. Alih-alih konflik hubungan dua karakter utama si cewek dan si cowok, banyak banget konflik karakter sampingan dengan karakter sampingan yang lain. Porsinya bahkan cukup banyak.

Drama Jepang kelemahannya adalah pattern yang sama. Misal kasusnya kayak drama GTO remake, Legal High dan Dr Rintaro. Mungkin buat yang bosenan, ini bisa jadi fatal sih. Gue mungkin bakal ngedrop kalo ceritanya gak seunik dan seseru aslinya. Kayak Legal High, walaupun pattern setiap episode mirip, tapi karna ceritanya seru gue seneng, bahkan gue masukin ke all time favorit. Tapi Suzuki Sensei gue nyaris drop tengah jalan, karena dramanya terhitung drama yang 'berat' dan pattern yang berulang.

Rekor gue nonton drama itu Breaking Bad. Semua seasonnya gue lahap dalam 2 minggu kurang. Bahahah. Tapi pas season terakhir episode terakhir gak gue tonton. Gue kadang suka begini sih haha. Gue takut kecewa dan jadi gak sreg. Atau gue emang nyimpen episode terakhir untuk entah kapan biar gue tetep penasaran. Ada beberapa drama yang gue perlakuin begitu. Kayak misalnya 1 Litre of Tears sama apalagi ya? Lupa. Hahaha.

Yah, kayaknya drama itu udah jadi salah satu medium hiburan favorit gue selain buku dan film. Gue penasaran, kapan ya sinetron/drama Indonesia bisa sebagus Sherlock Series, seunyu cerita HIMYM atau Friends, sesedih 1 Litre of Tears, selucu GTO; Legal High, semenegangkan The Walking Dead; Breaking Bad, semewah Game of Thrones, atau seunik Stranger Things; Kodoku no Gurume.

Gue selalu penasaran. Thailand, Taiwan aja punya beberapa judul film dan drama yang menarik. Tapi kenapa Indonesia itu langka banget nemu sinetron lokal yang menarik. Padahal selamanya tv itu tv, walaupun ada Youtube, tv ada kelebihan sendiri. Jadi gak melulu Youtube lebih dari Tv.

Gue make tv gak lebih dari nonton berita, laptop si unyil, MTMA, atau emang lagi gak ada kerjaan banget. Yah, udah apatis sih dengan dunia hiburan negeri ini. Bingung mau gimana lagi reaksinya ehehe.
Mungkin selama acara musik di pagi hari itu masih laku, selama itu pula kayaknya dunia hiburan di tv Indonesia akan gitu-gitu aja.






Share:

0 comments