Cold Fish (冷たい熱帯魚 Tsumetai Nettaigyo)

"We all die, right? Nobody knows when the day will come. That's what they say, but some people do know! I am one of them! I know how long a man lives and when he dies. I also know where he dies becase I arrange that too!" Murata





Shamoto (Mitsuru Fukikoshi) hidup sederhana dengan toko ikan hias miliknya. Ia tinggal bersama istri keduanya Taeko (Megumi Kagurazaka) dan anak putri satu-satunya, Mitsuko (Hikari Kajiwara).

Kehidupan keluarga kecil ini tidak bisa dibilang bahagia. Shamoto lelaki pendiam dan sedikit berbicara. Putrinya sedang dalam fase pemberontakan. Seringkali dia pergi malam. Dia juga membenci ibu tirinya, Taeko. Tidak jarang Mitsuko berkata kasar dan mengacuhkan  Taeko dan Shamoto.Taeko hanya bisa memendam perasaan dibenci oleh Mitsuko karena Shamoto tidak bertindak banyak mengenai perilaku putrinya.

Suatu ketika, Mitsuko didapati dirinya mencuri di toko swalayan. Shamoto dan Takeo bergegas pergi untuk membawa putrinya pulang. Sesampainya di sana, pihak Swalayan menolak mengembalikan Mitsuko karna ini bukan pertama kalinya ia tertangkap tangan. Shamoto bukan tipe pria tegas, ia pun kebingungan. Di tengah suasana yang tidak mengenakan, Murata (Denden) datang menengahi. Murata membujuk pihak swalayan untuk melepaskan Mitsuko. Murata yang memang memiliki pengaruh cukup kuat dilingkungan tersebut akhirnya berhasil membujuk pihak swalayan dan  Mitsuko akhirnya dikembalikan.

Setelahnya, Murata mengajak Shamoto dan keluarga untuk pergi ke rumahnya dulu. Sekalian melihat toko ikan miliknya dan memperkenalkan mereka kepada istrinya, Aiko (Asuka Kurosawa).  Toko miliki Murata jauh lebih besar dan mewah dari milik Shamoto. Ia menceritakan banyak hal. Bahkan menyarakan Mitsuko untuk bekerja di tokonya, sekalian menaruntuk menjaga Mitsuko. Tidak berhenti disitu, Murata pun mengajak Shamoto untuk bekerja sama dengannya untuk membangun bisnis baru dan menjanjikan berbagai macam hal kepada dirinya, termasuk memberikan kebahagian kepada keluarga Shamoto.


                                                                                                           ***

Cold Fish membawa kita bermula dari simpati kepada keluarga Shamoto yang menyedihkan ke adegan brutal dan diluar batas norma sosial yang mampu membuat kita berucap "what.the.f*ck" secara cepat, tanpa kita bisa bersiap-siap.

Gue kira gue bisa mengatasi jalan cerita yang sedikit gore dengan bumbu seks namun kenyataanya gue terpukau sekaligus menganga lebar dengan plot yang ditawarkan dalam cerita ini. Cold Fish bukan sekedar film receh dengan darah sana sini, adegan cumbu-mencumbu dengan irama seks panas yang merangsang. Cold Fish lebih dari itu. Jika kalian terpancing hanya dengan adegan telanjang atau seks sebaiknya jauhilah film ini. Rangsangan itu akan cepat membuat kalian naik dan kemudian  bertanya-tanya apa yang ada di dalam kepala pembuat naskah sampai bisa membuat stimulus itu berhenti sampai ke titik mual.

Sion Sono sendiri memang sudah dikenal dengan film-film berbau 'aneh ala Jepang' dan gory. Cold Fish bisa dikatakan adalah salah satu karyanya yang fenomenal kalau kata pengamat professional. Gue sendiri juga belom tau film dia yang lain seperti apa. Tapi setelah nonton Cold Fish gue bisa merasakan, kalau ini adalah salah satu karyanya yang terbaik.

Hal yang paling gue suka dari film ini adalah perkembangan karakter yang sempurna. Tidak terkesan dipaksakan diakhir film. Semua sesuai logika yang ada dalam film. Bagaimana permasalah pribadi yang ada dalam setiap karakter melebur mempengaruhi perubahan setiap karakter antara satu dengan yang lain. Semua terlihat kompleks namun natural. Bagaimana Shamoto yang pendiam dan sedikit berbicara ternyata adalah orang yang romantis. Mengajak istrinya kencan ke planetarium. Meminta maaf kepada istrinya atas apa yang sudah ia perbuat selama mereka menikah dan merasa belum menjadi suami yang baik ketika dirinya merasa akan mati pada hari itu. Bagaimana Murata yang terlihat sebagai orang yang ramah nan agresif ternyata memiliki sifat liar dan segala macam non-sense yang ada. Atau Aiko yang terlihat kalem dan membenci Murata sampai ke nadi-nadinya ternyata adalah 'anjing setia' Murata yang penuh muslihat.

Film ini memberikan cita rasa daripada film yang lainnya. Sejak awal kita ditayangkan sajian-sajian umum yang relatif terjadi di dunia nyata. Remaja puber penuh pemberontakan, suami yang ramah dan kalem, istri yang memasak setiap malam untuk keluarganya dan telaten menjaga toko dan rumah serta hubungannya mereka dengan lingkungannya. Semua terlihat normal. Setidaknya sampai seperempat film. Dengan cepat sajian itu akan berganti dengan hal-hal yang sulit diterima dengan akal sehat. Semua plot dan karakter tersusun dengan baik dan terencana.

Performa para castnya mungkin salah satu terbaik yang pernah gue lihat. Performa Denden yang hebat membuat kita tidak bisa banyak berkomentar banyak. Gaya akting yang penuh energi membuat kita jauh beda dengan tokoh Shamoto. Ia mampu memproyeksikan keagresifan dan kegilaan Murata di layar lebar. Begitu pula dengan cast lainnya yang mampu memperlihatkan penghayatan karakter begitu mendalam. Sehingga kita tidak bisa mengelak untuk memberikan rasa simpati, amarah, jijik, dan hina kepada setiap karakter.

Semua elemen yang ada dalam karakter terkonstruksi dengan baik. Menghasilkan jalan cerita yang baik. Berujung pada kesimpulan cerita yang paling pas dan tepat. 

Uniknya, film ini terinspirasi dari kisah nyata, yaitu kasus "Saitama Serial Murders of Dog Lovers" yang terjadi pada tahun 1993 di Jepang. Kasus yang terjadi hampir sama persis apa yang ada di film, bedanya adalah di kisah nyata pelaku adalah dog breeder. Menarik kan? haha. Ini salah satu alasan gue nonton film ini.

Jika ditanya kekurangan tentu saja ada. Kurang banyak adegan panasnya. Hahah. Gakdeng.
Mungkin, entah karna memang diset sedemikian rupa atau kurang ada, masih kurang terasa nyata saat ada darah, pemotongan badan dan lain sebagainnya. Masih suka terlihat fake. Ada juga yang membuat gue gagal paham. Misal, kenapa Murata gak melihara piranha aja dan ngasih makan mereka potongan tubuh para korbannya. Daripada dibuang di sungai kan? Lebih keliatan sadis sih menurut gue dan pas banget kan si Murata pemilik toko ikan. Soalnya kalo gak salah di kasus yang asli potongan tubuh korban dikasihin ke anjing-anjingnya.

Ada juga yang belum dijelasin penuh. Racun apa yang dipakai Murata untuk ngebunuh korbannya. Sama alasan dia melakukan kejahatan itu. Selain menyingkirkan orang-orang yang dianggap menggangu tentunya. Tapi rasanya gue pengen Murata ini dikorek lebih dalam lagi mengenai dirinya. Sayang, belum begitu mendalam di film.

Tapi gue cukup puas dengan film yang udah mendapatkan penghormatan premiere di acara Venice Internasional Festival ke 67 ini. Gue menikmati dari awal sampai akhir walaupun gue gak bisa boong kalau alurnya memang rada lambat. Jadi mungkin yang bosenan bakal jenuh sama film ini. Gue kadang ngeksip beberapa bagian yang terlalu melakonlis sih soalnya udah keburu penasaran ahaha. 

Karena beberapa adegan mengandung unsur adegan panas, nude, darah dan adegan sadis jadi tontonlah dengan bijak. Sangat tidak disarankan yang belum cukup umur, bosenan, gampang jijik nonton film ini. Kalau penasaran dan mau nyoba boleh banget. Salah satu film yang direkomendasikan kalau mau tau film gore rasa Jepang seperti apa.

Akhir kata, selamat menonton ya!










Share:

0 comments