Akame ga Kill #Review


Pernah gak nonton, baca atau denger cerita dimana hampir seluruh karakter di cerita tersebut mati?   Hajime Isayama (SNK) hanya pernah berencana memberikan cerita itu di SNK tapi diurungkan. Beda  dengan Akame ga Kill yang (nyaris) memberikan pengalaman seperti itu kepada penonton.


Udah sadis belum?
Bermula dari Tatsumi (Soma Saito), remaja dari desa yang menuju ke kota kerajaan untuk menjadi pahlawan dan mendapatkan uang untuk menyelamatkan desanya. Namun kota kerajaan tidak seindah yang ia bayangkan. Kedua sahabatnya harus mati mengenaskan karena disiksa oleh penduduk kelas atas kota kerajaan tak lama mereka tiba. Tatsumi pun mengikuti jejak Night Raid, sekolompok pembunuh bayaran yang mempunyai tujuan untuk menolong kota kerajaan yang penuh korupsi, kekacauan dan kegilaan karna perbuataan perdana menteri kerajaan yang semena-mena. Ia bertekad untuk merubah kondisi kota kerajaan yang mengenaskan ini dengan menjadi pembunuh bayaran.

Walaupun cerita terlihat simpel namun Akame ga Kill membutuhkan 24 episode untuk menyelesaikan ceritanya. Lucunya, versi anime Akame ga Kill mendahului manganya sendiri. Tidak heran akan merasakan adaptasi cerita yang sedikit berbeda (dirubah, disensor, dihilangkan) dengan yang ada di manga terlebih ketika sudah menuju belasan episode ke atas. Ada beberapa faktor seperti manganya sendiri yang dilangkahin dan juga jalan cerita yang terlalu sadis.

kepala terpisah dari badan bukan hal aneh lagi
Bersaing dengan Tokyo Ghoul yang membawa genre berdarah-darah juga Akame ga Kill masih menawarkan sisi aksi dan pertempuran yang lebih seru dan brutal. Tidak jarang akan ada beberapa scene yang diperlihatkan jelas seperti kepala yang terpenggal, badan terbelah dua dan lainnya. Sisi berdarah-darah yang ditawarkan Akame ga Kill lebih ke sadis-seru-brutal daripada menjijikan-enek-sadis. Jadi walaupun ada beberapa adegan sadis kita masih bisa makan sambil nonton anime ini.

Sisi keseruan cerita yang terletak dalam jumlah pertempuran yang cukup banyak dan menghasilkan alur cepat yang mudah dicerna oleh siapa aja (jelas bukan tontonan anak-anak). Hal lainnya dalam Akame ga Kill adalah selalu ada konflik yang terselesaikan dalam satu episode. Sehingga kita tidak akan merasakan tanggung dan bilang "anjrit gini doank", "yaahh masa abis sih", "anjir kapan berantemnya dah" atau lainnya.

art yang memberikan nilai plus di saat-saat momen klimaks
 


Cerita yang simpel juga berakibat pengembangan karakter yang terkesan sederhana. Satu-satunya yang 'agak' kompleks adalah Akame (Sora Amamiya) si tokoh utama (bukan Tatsumi). Esdeath (Satomi Akesaka), Kurome (Ayaka Ohashi). Akame bahkan membutuhkan 24 episode untuk mengetahui kekuatan sejati teigunya dan latar belakang dirinya. Beda dengan Tatsumi dengan 4 episode yang terpisah saja kita bisa mengenal Tatsumi dengan jelas. Bahkan ada beberapa karakter yang hanya muncul 1-3 episode kemudian mati.

kalo ada adegan ini di komik, gimana nyensonya?
Tentu saja Akame ga Kill tidak untuk ditonton anak-anak. Tingkat kesadisan (somehow seru untuk diliat) yang tinggi karena manusia yang membunuh manusia. Bukan raksasa bugil atau kecoa mutan, ghoul atau parasit. Bahkan jika baca manganya menurut gue ada beberapa cerita yang gue rasa akan dibredel penerbitnya di Indonesia saking tidak manusiawinya. Ahh yang jelas, nikmati saja keseruan Akame ga Kill.


Happy Watching!








Tags:

Share:

0 comments