Chihayafuru: Kami no Ku

"As long as we have karuta, we'll see each other again, won't we? As long as we keep playing, we'll see each other again" Chihaya Ayase


Chihaya Ayase (Suzu Hirose) amat menyukai permainan karuta sejak kecil. Cintanya pada karuta bermula dari pertemanannya dengan Arata Wataya (Mackenyu) dan Taichi Mashima (Shuhei Nomura). Mereka bertiga sering bermain karuta bersama bahkan mengikuti turnamen.

Suatu ketika Arata harus kembali ke Fukui untuk merawat kakeknya yang seorang meijin karena jatuh sakit. 4 tahun kemudian, Chihaya dan Taichi masuk ke SMA yang sama. Mereka baru mengetahui kalau Arata sudah berhenti bermain karuta. Mereka pun berniat untuk mengajak Arata untuk bermain karuta lagi. Untuk itu, Chihaya dan Taichi membuat klub karuta di sekolahnya. Dengan harapan, mereka dapat bertemu dengan Arata kembali di turnamen karuta. 

                                                                                                         ***

Gue udah cukup lama menyukai Chihayafuru lewat format anime. Walaupun season 2 sampe sekarang belum selesai ditonton sih ehehe. Begitu tahu akan ada live action movie, tentu saja Chihayafuru: Kami no Ku menjadi salah satu film yang gue tunggu tahun ini. Kabar baiknya, film keduanya Chihayafuru: Shimo no Ku juga akan tayang enggak lama setelah film pertamanya rilis. 

Karna udah ngikutin sejak anime dulu, harapan gue dengan film ini cukup tinggi. Untungnya beberapa harapan gue dapat terjawab dengan baik di film ini. Salah satunya
adalah cast yang cukup baik.

Pemeran Chihaya Ayase adalah Suzu Hirose. Perempuan kelahiran '98 ini mampu memperlihatkan karakter Chihaya yang enerjik dan lugu. Memang, sebagai aktris ia tidak bisa diremehkan. Hal yang gue khawatirkan adalah, kemampuannya bermain karuta. Walaupun cuman akting, namun gerakan tangan yang luwes, cekatan, bertenaga dan form yang bagus tentu tidak mudah dilakukan oleh pemula. Dalam beberapa adegan Suzu juga ditantang untuk memperlihatkan sosok yang kuat dan anggung dalam bermain karuta. Seperti adegan di saat ia harus berkonsentrasi. Membayangkan untuk berlatih bermain karuta saja sudah sulit, belum lagi mengolah form badan yang baik sampai bisa telrihat natural dalam film.

Kemampuan rookie of the year tahun 2015 melalui film Our Little Sister ini memang mumpuni. Suzu Hirose mampu menjawab tantangan dan kegelisahan penggemar (salah satunya gue) dengan performancenya yang apik. Applause!

Begitu juga dengan para cast lain seperti Shuhei Nomura sebagai Taichi, Mone Kamishiraishi sebagai Oe Kanade, Yuma Yamoto sebagai Nikuman dan Yuki Morinaga sebagai Tsutomu Komano. 

Sejujurnya, yang gue familiar cuman Shuhei dan Mone saja. Shuhei pernah liat di beberapa film dan drama, walaupun perannya bukan peran vital seperti di film Chihayafuru. Sedangkan Mone baru tau baru-baru ini lewat film Kimi no Nawa. Yap, doi adalah pengisi suara Mitsuha loh. 


Untuk dari segi pengambilan gambar maupun suara gue acungkan jempol. Awalnya udah pesimis bakal abal-abal. Tapi pas adegan bermain karuta diselipin teknik slow motion, mata gue berbinar-binar haha. Karna permainan karuta itu yang paling penting adalah kecepatan dan ketepatan,  jadi beberapa teknik slow motion digunakan saat adegan bermain karuta untuk memberikan kesan kuat. Sayangnya, masih ada beberapa adegan yang pengambilan sudut gambarnya kurang pas. 

CGI dan animasi ditambahkan di beberapa adegan untuk menyempurnakan plot. Adegan kartu-kartu yang bertebaran atau pergerakan kartu yang halus di atas tatami dan beberapa lainnya. Tenang, tidak terlihat abal-abal kok. Bahkan sampai sekarang gue masih suka bingung, mana adegan yang memang menggunakan CGI dan mana yang memang diambil secara langsung. Semua melebur dan memberikan hasil gambar yang halus dan nyaman dilihat.

Untuk suara sendiri, seperti 'penyakit' pada film dan drama-drama Jepang umumnya, seringkali banyak adegan yang kosong tanpa suara sound effect atau bgm sekalipun. Memang, ada beberapa adegan yang cocok jika kosong, tapi tidak dapat dipungkiri ada beberapa adegan yang akan lebih maksimal jika kekosongan itu diisi bgm tertentu. Untungnya, masih dapat diselamatkan dengan bgm di adegan adegan tertentu yang bisa bikin 'merinding' dan meningkatkan tension di film.

Dari segi plot, ada beberapa perubahan dari versi animenya. Walaupun begitu, secara keseluruhan cerita masih dapat dinikmati dengan baik. Hanya saja, kekurangan paling jelas adalah posisi karakter Arata yang ambigu. Dikatakan sebagai protagonis bukan. Karakter pendukung bukan juga. Mob pun tidak. Arata seperti hanya pelengkap saja. Seakan dia harus ada dalam plot film walaupun jikapun dia tidak ada rasanya cerita tidak akan ada yang kurang. Sampai akhir film gue masih bertanya, Arata ini ngapain sih. 

Sedangkan dalam anime, Arata adalah sosok pengikat Chihaya dan Taichi di masa lalu dan untuk masa depan. Arata adalah faktor Chihaya dan Taichi bermain karuta, membuat klub karuta, dan berjuang menjadi lebih baik dalam bermain karuta. Arata adalah 'alasan' bagi mereka berdua. Sebenarnya ia punya peran penting. Sayangnya, dalam film Arata tidak terlihat demikian.

Dengan kekurangan di sana-sini, gue sebagai salah satu yang menyukai anime Chihayafuru puas dengan film ini. Selain sangat layak dinikmati, film ini mengajarkan tentang permainan karuta. Jadi gue rasa ada beberapa wawasan yang bisa dipelajari dari film ini. 

Faktor yang membuat gue puas dengan film ini adalah, gue mampu merasakan sensasi merinding ketika verse puisi pertama dalam permainan karuta dibacakan, di saat kartu chihayaburu menjadi incaran Chihaya, saat Kanade menceritakan latar belakang puisi chihayaburu atau saat perebutan sengit antara kedua pemain dalam permainan karuta. Sensasi itu gue rasakan persis saat nonton animenya. Yah, mungkin ini alasan pribadi aja sih ya, haha.

Mungkin buat kalian yang penasaran karuta itu seperti apa atau mencari perasaan rindu dari series Chihayafuru, film ini sangat direkomendasikan! Jarang-jarang kan ada film yang bisa memberikan hiburan sekaligus wawasan baru.

Kebetulan, pada acara JAFF 2016 (Jogja-NETPAC Asian Film Festival) besok tanggal 2, Chihayafuru bakal tayang di Empire XXI, Jogja. Boleh banget film ini dimasukin dalam salah satu list yang harus ditonton di JAFF. Terlebih, film keduanya langsung dimainkan setelahnya, jadi gaperlu nunggu kelanjutan ceritanya. Asik kan?

Akhir kata, selamat menonton ya!





Share:

0 comments