"Coco" Ketika 'Dilupakan' Terasa Lebih Pilu dari Kematian

Coco












~Miguel (Anthony Gonzales) sangat menganggumi Ernesto De La Cruz (Benjamin Bratt), musisi yang begitu dicintai oleh dunia. Miguel bermimpi suatu nanti dia bisa menyanyikan nada merdu ditemani alunan gitarnya di depan banyak orang. Namun mimpi itu harus dia sembunyikan rapat-rapat dari keluarganya. Keluarga Miguel meyakini musik adalah kutukan. Dan kutukan harus dijauhi dan hindari. Oleh karna itu Abuelita (Renee Victor), melarang dan menjauhi musik hadir ditengah-tengah keluarganya termasuk cucunya, Miguel.~

Film Coco berhasil mengingatkan gue akan perasaan yang sama ketika nonton Toy Story 3. Terasa begitu hangat dan 'ngena' di hati. Once again, Disney Pixar nailed it. 

Coco is also one of those Pixar movies that attempt a conceptual breakthrough, an application of the bright colors and open emotionalism of modern, mainstream animation to an unlikely zone of experience"-New York Times
pixar-coco-guitar
Coco merupakan film original series terakhir yang tayang di 2010-an. Film Disney-pixar selanjutnya adalah sequel dari series terdahulu

Gue awalnya gak begitu tahu mengenai Coco. Bahkan gue gak tau kalau Coco adalah produksi dari Disney Pixar semalem sebelum gue nonton. Ya, dan Lee Unkrich sebagai sutradara. Orang yang bertanggung jawab atas tiap tetes air mata yang jatuh saat nonton Toy Story 3 Gue gak terlalu berekspektasi banyak karna beberapa tahun terakhir setelah Inside Out, Disney Pixar gak begitu banyak menghasilkan film yang cukup menarik perhatian gue.

Komplain gue cuman satu dari film ini. Film pendek Olaf dari Frozen begitu memuakkan. Sampai memaksa gue ketika nonton kedua kalinya memilih untuk dateng rada telat hampir setengah jam daripada harus menyiksa batin. Bahkan di Meksiko, negara pertama yang mendapat jatah tayang duluan hampir sebulan dari jadwal di seluruh dunia, terpaksa nge-cut film pendek tersebut di sinema-sinema besar mereka karna saking banyaknya yg protes.

null
Film Coco nyaris gagal tayang di China karena bertemakan kematian. Namun saat proses penyuntingan berjalan, tim censorship begitu terharu dan akhirnya beberapa adegan tetap dibiarkan ada
Sisanya, Coco was utterly amazing and beyond my wildest imagination. 

Coco menawarkan jalan cerita yang mudah diterima oleh semua kalangan. Tentu saja, plot tersebut akan dihiasi banyak hal. Salah satunya kemampuan Anthony Gonzales yang memukau. Kita bisa merasakan perasaan Miguel mengalir deras dan begitu nyata. Belum lagi kemampuan dia menyanyi yang membuat kita tidak sadar kalo Anthony Gonzales baru berumur 13 tahun.

Konflik yang ada dalam plot memang tidak begitu rumit. Secara garis besar, jalan cerita ini mudah ditemui di film lainnya dan merasa "kyknya formula cerita bagus Disney-Pixar alurnya begini". Sehingga akan ada beberapa bagian yang memang predictable. Tapi tidak mengurangi nilai cerita yang menurut gue kemasannya menyenangkan karna nuansa budaya dan keluarga yang kental.  Sehingga akan terasa familiar dan intim.

COCO
Add cThe Land of The Dead terinsipirasi dari sebuah kota di Meksiko, Guanjunato, yang terkenal dengan rumah warna warni di daerah perbukitan dan terlihat saling bertumpukanaption

Coco menghadirkan banyak elemen. Mereka berhasil memoles setiap elemen dan menggambungkannya dengan baik. Film Coco mengambil latar belakang sebuah tradisi di Meksiko. Dia de los Muertos or Day of The Dead. Tim produksi setidaknya harus 5 kali melakukan perjalanan ke Meksiko untuk melakukan riset dari mulai budaya, arsitektur, makanan, bahasa dan lainnya. Refrensi budaya dan detailnya begitu dalam dan Disney-Pixar berhasil mewujudkannya dalam gambar yang menakjubkan. Kontras warna dan detail gambar yang mewah akan terlihat dimana-mana. Mata kita akan benar-benar dimanjakan dari awal film (tidak termasuk film pendek Olaf) sampai akhir film.

null
Bunga berwarna orange yang banyak terlihat disepanjang film Coco dikenal sebagai "Aztec Marigold". Bunga tersebut sering digunakan untuk acara Dia de Muertos atau Day of The Dead
Coco bisa dinikmati oleh semua orang. Seperti emak gua yang gak begitu suka film "kartun" tapi tetap tidak bisa menahan haru sampai akhir film. Atau juga gue yang pernah nonton Coco sendirian dan berhasil membuat gua bribis mili sendirian.

Gue berani bilang Coco masuk dalam rate "A" dan berhak ditonton lebih dari satu kali dibioskop! Mumpung masih ada di beberapa bioskop, ajak teman, keluarga atau kalau perlu nonton sendirian dan jangan lupa siapkan tisu ya.

Akhir kata, selamat menonton!

Share:

0 comments