Doraemon: Stand by Me #Review (Spoiler Alert)




PHEW! TIME TO WAKE UP!!

Satu semester lebih gue 'menidurkan' blog ini. Bukan tanpa alasan, memang karna gue sendiri gak tau apa yang mau gue tulis. Biasanya gue seneng banget nge-review film. OH HELL I DO! But my hands are tied. Jadilah satu semester ini gue baru berkunjung ke bioskop hanya 2 kali saja (i missed almost every good movies T.T). Guepun menjadi kudet akan film-film terbaru kecuali Interstellar dan Doraemon: Stand by Me. Mari kita bahas yang paling terakhir, yang baru aja sabtu kemaren gue tonton dan menjadi film terheboh akhir-akhir ini di Blitzmegaplex dan Platinum Cinplex.



Siapa sih yang gak mengenal Doraemon? Anime/manga masa kecil yang bahkan masih ditayangkan di RCTI sampe sekarang. Lagu opening yang hampir semua pun tau bagian "Aku ingin begini, aku ingin begitu" sampai ke "Lalalalala aku sayang sekali Doraemon". Gue rasa hampir seluruh dari masyarakat Indonesia yang punya tv di rumah pasti mengenal makhluk bundar berwarna biru berkumis dari masa depan itu.

Doraemon adalah salah satu anime/manga legenda yang masih eksis sampai saat ini. Setiap zaman selalu ada awal dan akhir. Seperti Shirohige yang menutup era keemasannya di perang Marineford, Fujiko F Fujio pun ingin menutup era Doraemon di tahun ke 80 penciptanya. Doraemon: Stand by Me adalah kado perpisahan yang ingin diberikan kepada kita,

Berawal dari kisah bocah laki-laki yang payah dalam segala bidang. Baik dari olahraga, pelajaran, bahkan sampai percintaan. Kehidupan bocah laki-laki payah bernama Nobita memberikan dampak dahsyat sampai keempat generasinya. Sewashi, anak generasi ke 4 Nobita yang datang dari masa depan menemui Nobita. Sewashi menjelaskan kesengsaraan dan kemalaratan yang menimpa kempat-empatnya generasi Nobita di masa depan. Bagaimana keluarganya tertimpa musibah dan hutan yang menumpuk. Sewashi tidak datang sendiri. Ia bersama Doraemon, robot kucing berwarna biru yang ditugaskan membantu Nobita dan membuatnya bahagia. Doraemon tidak setuju untuk membantu Nobita karena menurutnya itu mustahil untuk membantu dan membuat Nobita bahagia. Nobita terlalu amat payah dalam segala bidang menurut Doraemon. Sewashi pun memberikan program baru kepada Doraemon. Sampai si Nobita merasakan bahagia Doraemon tidak akan bisa pulang ke abad 22. Apakah Doraemon berhasil membuat Nobita bahagia dan akhirnya bisa pulang ke abad 22?

Doraemon sudah mempunyai tempat spesial di hati gue. Entah suatu hal yang harus gue syukurin atau gue sesalin saat menonton Doraemon: Stand by Me ini. Mungkin inilah pertama kalinya gue ngerasain yang namanya spoiler. Di spoilerin oleh kenangan sendiri ternyata lebih menyesakkan. Seakan kita sudah pernah nonton di masa yang lain. Ya itulah penggambaran gue sendiri saat nonton Doraemon.

Anyway, sebagai sebuah film penutup masa, Doraemon: Stand by Me adalah film yang wajib lo tonton. Entah lo fans berat atau sekedar tau Doraemon itu siapa. Gak akan ada penyesalan yang keluar setelah nonton film Doraemon: Stand by Me ini. Jika diibaratkan, Doraemon: Stand by Me adalah pertunjukkan kembang api yang teramat mewah nan megah di penghujung acara dan akan lo sesalin jika ketinggalan nontonnya.

Jalan cerita di film ini lebih berfokus pada cerita cinta monyet Nobita dan Shizuka dari awal sampai akhirnya menjadi cinta abadi. Potongan-potongan cerita yang diambil dari setiap chapter komik dari yang lucu-lucuan sampe yang serius dirajut dengan amat rapih.  Dirajut sedemikian rupa sehingga alur cerita mudah dipahami oleh newcomer yang belum pernah baca komiknya atau kisahnya sama sekali.

Kejenakaan cerita dalam Doraemon: Stand by Me menjadi salah satu nilai tinggi setelah alur cerita. Kita dibawa dalam roller coaster yang selalu melaju tanpa henti penuh dengan tawa. Bahkan rahang gue sampe pegel karena terlalu sering ketawa pas nonton.
But i loved it!!
Tidak berhenti di situ, roller coaster emosi ini terus membawa kita naik dan kemudian turun tajam. Emosi penonton pun 'dipermainkan'. Brace yourself!

Animasi yang digunakan pun tidak sembarangan. Walaupun gue sempet meragukan. "Hah? Doraemon gituloh. Anime gituloh. Sejak kapan 3D??" but i was wrong. Gue pun menyesal gak nonton dengan format 3D. Salah besar jika menggangap ekspresi Doraemon dan Nobita cs akan menjadi tidak terlalu hidup dengan animasi 3D karna terbiasa melihat yang 2D. CUTENESS OVERLOAD WITH 3D!!! (Bahkan tampilan Shizuka kecil dan Shizuka dewasa bisa bikin gue speechless)

Overall, gue sangat amat merekomendasikan film ini ke siapapun. Baik yang gak pernah tahu Doraemon itu apa, yang tau tentang Doraemon sedikit, atau fans berat sekalipun. Ajaklah adek-adek kecil kita. Atau bahkan temen-temen kita sendiri pasti sangat menyenangkan daripada nonton sendiri (ehem).

Saran terakhir, biarkan film yang mengendalikan pikiran kita, jangan terbawa kenangan cerita-cerita Doraemon yang pernah kita baca or it will ruin your experience. Atau nanti kayak gue yang akhirnya menyesal disetiap kesempatan yang ada gue selalu membandingkan dengan cerita yang ada di komik.

Oia, dan bawa tisu atau minimal pacar atau sahabat yang pundak atau dadanya bisa jadi alas saat kita nangis.

Happy watching!




Share:

0 comments