KILLERS #Review (Spoiler Alert!)

Inside us lives a killer

Nomure Shuhei, seorang eksekutif muda sukses yang tinggal di Tokyo, Jepang. Kesuksesan karirnya membawa hobinya semakin mudah dilakukan. Membunuh. Tak ada yang menyangka, pemuda tampan dan lajang tersebut gemar membunuh dan merekam aksinya untuk disebar luaskan di internet. Video tersebut atau karya seni menurut Nomura, dilihat oleh Bayu Aditya.

Bayu Aditya seorang jurnalias muda yang ambisius untuk menyelesaikan kasus penyeledikian seorang menteri bernama Dharma atas kasus korupsi yang ia lakukan. Namun sampai saat ini kasus tersebut tak pernah terselesaikan karena kurangnya bukti yang ia punya untuk menjatuhkan Dharma. Tak disangka Bayu yang tak sengaja melihat video yang dibuat Nomura membawa kenikmatan tersendiri baginya. Hal ini membawa Bayu pada level dunia baru yang belum pernah ia rasakan sebelumnya. Kenikmatan membunuh.

Sampai suatu ketika ia terpojok dalam kondisi perampokan di taksi dan terpaksa untuk 'membunuh' pelakunya. Dan tanpa disadari ia menikmatinya dan merekam proses kematian para perampok itu. Bayu mulai sedikit terlihat seperti Nomura. Ia menyebarkan video tersebut di internet tanpa ia sadari.

Karya pertama Bayu menuai banyak reaksi. Nomura terkesan dengan video yang dibuat oleh Bayu. Nomura merasa bahwa Bayu adalah 'teman'. Keduanya memiliki niatan membunuh yang mendalam, namun memiliki perbedaan alasan untuk membunuh.

Bagi Bayu, membunuh tak dapat ditolerir. Namun bagi Nomura, membunuh merupakan salah satu cara untuk menikmati dunia.

Hubungan keduanya membawa mereka berdua ke dalam suatu kondisi yang semakin rumit. Keduanya mencoba mencari jawaban atas kenikmatan yang mereka rasakan. Hubungan keduanya memaksa mereka untuk memilih pilihan yang tak pernah mereka bayangkan.




Gue rasa, ini sinopsis terburuk yang pernah gue tulis... Agak-agak rancu dan gimana gitu gak sih? yasudahlah...

Oke. Pertama-tama, bagi yang belum berumur 21thn ke atas, gak perlu repot-repot baca reviewnya, karena kalian pasti gak akan diperbolehkan masuk bioskop untuk nonton ini. Gue sendiri pun mengalami masalah itu. Sempet gak dibolehin untuk nonton film ini (mbak-mbak xxi ngeselin abis) karena dibilang film 25thn ke atas, dan yepsi. Setelah gue tonton gue tau kenapa begitu.

Kedua, buat yang emang gak kuat nonton film thriller, sadistic, gore, atau darah juga tidak perlu repot-repot baca reviewnya. Kalian pasti gak akan kuat nonton film ini.

Film ini merupakan film kolaborasi antara Jepang dengan Indonesia. Cerita dari film ini ditulis oleh Takuji Ushiyama dan Timo Tjahjanto dari The Mo Brothers. Film Killers sendiri directed by The Mo Brothers. Inget kan film Rumah Dara? Nah, film Killers adalah garapan dari mereka. Jadi bakal kebayang akan jadi apa.

Film ini diambil di dua tempat, Tokyo dan Jakarta. Selama film berlangsung, fokus cerita akan terbagi secara merata pada Nomura dan Bayu. Gak ada istilahnya berat sebelah. Jadi alasan untuk membunuh mereka akan terlihat jelas perbedaannya di keduanya.

Film Killers sendiri dibintangi oleh artis-artis yang mempunyai nama di negaranya masing-masing. Bayu Aditya diperankan oleh Oka Antara, lalu ada Dina Aditya (Luna Maya), Nomure Shuhei (Kazuki Kitamura), Hisae Kawahara (Rin Takanashi) dan beberapa pemeran pendukung lainnya seperti Ray Sahetapy, Ersya Aurelia, Mei Kurokawa, Motoki Fukami, Tara Basro, dan Dimas Argobie.

Oka Antara yang mulai dikenal lewat film Ayat-ayat Cinta, kemudian semakin menanjak karirnya setelah film Hari Untuk Amanda. Luna Maya yang dikenal beberapa tahun terakhir karena.... Ya, you know what. Tidak menghalangi dia tampil maksimal di film ini. Lalu Kazuki Kitamura yang sudah lebih dulu meraih nama di dunia internasional dan terbukti ikut serta dalam film Kill Bill 1 dan terus meningkat lewat film Yōgisha X no Kenshin. 

Baik Oka Antara maupun Kazuki Kitamura akan kembali bertemu dalam film The Raid 2: Berandal. Yep, Killers sendiri juga masih diproduseri oleh Gareth Evans.  Sang sutrada dari The Raid. Atau lebih tepatnya terdapat campur tangan Gareth. Killers bukan hanya kolaborasi antara Jepang-Indonesia, namun juga beberapa rumah studio Indonesia. Seerti dari Merantau Films, XYZ, dan Guirella Merah Films. 

Killers merupakan salah satu film Indonesia yang gue acungin jempol. Bisa menembus pasar Internasional. Bahkan mendapatkan kehormatan rilis pertama kali di 2014 Sundace Film Festival. Kemudian menyusul Jepang dan Indonesia. 

Gue sangat memuji cerita dari film ini. Yang menurut gue jenius. Gak murni film thriller yang cuman bunuh sana bunuh sini seperti film lainnya. Masih terdapat essence yang bisa kita pelajari dan pahami dari film ini. Kita masih diajak berfikir memahami keadaan para aktorya, kondisi jalan ceritanya. Kita diminta untuk memahami dan menilai mereka. Bukan sekedar mengikuti jalan cerita saja seperti mengikuti orang dibelakang. Tak peduli arahnya, kita akan ikut dari awal sampai habis. 

Jalan cerita di film ini jauh lebih matang, smart, dewasa ketimbang film terdahulu karya The Mo Brothers, Rumah Dara. Sayang, versi Indonesia banyak sekali yang dipotong, karena dianggap terlalu vulgar dan sadis. Jalan cerita yang lebih berbobot, serta line dengan kata-kata yang tepat di setiap adegan sedikit banyak karena cerita ini ditulis oleh dua orang. 2 visi yang berbeda melengkapi satu sama lain, dan jadilah hasil karya yang memuaskan. Di sinilah sebenernya yang menurut gue berbahaya. Cerita dan inti yang terdapat di film.

Beberapa viewers yang mudah terpengaruh dari media (film terutama di sini) pasti akan memahami film ini secara berebeda. Sesuai tagline "inside us lives a killer" ia pasti akan membenarkan pemahaman psikologis yang ada di film. Doktrin yang berbahaya secara tidak langsung bagi mereka yang amat mudah sekali terpengaruh. So, be careful.

Dari segi para pemainnya gue gak melihat ada kelebayan seperti film Indonesia pada umumnya saat akting. Semuanya pas. Gue sangat suka Kazuki Kitamura. Sosoknya benar-benar mencerminkan sebagai seorang eksekutif muda yang gemar membunuh. Sorot mata yang tajam benar-benar mencerminkan dirinya, bahwa ia adalah seorang psycho yang maniak darah dan gemar melihat seseorang meronta-ronta sekarat menuju kematian. Oka Antara pun seakan menjawab adu akting itu. Ia menghidupi karakternya sebagai seorang jurnalis yang depresi namun tak kenal menyerah. Ia berhasil membawa kita sebuah bayangan akan seseorang yang pertama kali kecanduan membunuh dan masih terlibat konflik perang batin untuk pembenaran aksinya. Gue acungin another jempol buat film ini.

The Mo Brothers terkenal akan membuat seni darah, dan luka yang amat indah dan terlihat nyata. Di Film Killers kita akan kembali menyaksikan seni itu. Tentu saja, dengan sedikit perubahan yang membawa pada hasil yang lebih baik dari sebelumnya. Tak perlu dipertanyakan mengenai hasil kerja keras mereka untuk membawa pengalaman ketakutan akan luka dan darah menjadi nyata. Mereka tentu saja, sangat berhasil membuat kita berdecak kagum akan hasil seni mereka. Gue sendiri kadang mengernyit ngilu ngeliat efek luka dalam suatu adegan. Atau kadang juga agak jijik ngeliat simbahan darah dalam jumlah besar. Efek-efek itu sukses banget di film. 

Tapi, untuk efek greenscreen? Duh, masih terasa film silat indosiar. Ada di ending, pas bagian jatuh dari ketinggian. Gue sedikit annoyed ngeliat hasil akhir efek yang sangat kasar. Bingung, padahal ada Jepang yang jelas teknologinya jauh lebih baik. Ah entahlah, gue sendiri agak kecewa sih. Seakan, semua efek-efek yang tadi yang mengenang dikepala sebelumnya, buyar gara-gara hasil akhir yang kurang memuaskan. Luckily, itu hanya ada di akhir. Beberapa efek di film, seperti efek apinya dalam suatu adegan masih terlihat lebih halus, walaupun kita tahu jelas itu editan. Yap, seperti itulah.

Scoring music di film ini juga oke. Bukan kayak film-film thriller lainnya yang terdengan nampak sampak dikuping gue. Di film ini terasa lebih modern dan oh yeah. Benar-benar bikin ketegangan semakin hidup! Gue sangat suka efek distorsi dari scoring musiknya. Memacu adrenalin dan benar-benar terasa getarannya. Serius gue gak bercanda. Kursi aja sampe geter wakakakaka. Tapi oke punya lah. Salah satu elemen penghidup dalam film, dan jempol buat scoringnya.


Film ini memperoleh nilai di imdb sebanyak 7.9
Gue sendiri menilai film ini dengan hasil akhir sebanyak 8.3

Genius story, plot and line. Berhasil membawa film thriller Indonesia ke tingkatan yang baru. Menegangkan. Tidak terlalu menjijikan. Dan efek animasi yang buruk. Gue rasa nilai segitu pas untuk sebuah film Indonesia.

Film Killers wajib kalian tonton bagi yang menyukai film dengan style begini. Wajib bagi kalian yang merasa film ini alay karena buatan Indonesia. Dan eat your own shit dude. 

Cocok buat ditonton bareng teman. Pacar? hmm, boleh kalau pacar kalian senang melihat darah atau mayat. Keluarga? Better not. Terlalu vulgar dan sadis (Buat gue sih gak terlalu. Karena banyak yg dipotong?). Bisa-bisa kalian gak boleh ke bioskop lagi atau orang tua kalian keluar studio duluan karena terlalu jijik.  

Killers, film Indonesia yang patut kalian nonton di bioskop bulan ini. Kecewa adalah jawaban pasti kalau gak sempet liat di bioskop. 

Pesan gue, just be careful! Jangan terlalu meresapi film ini, or you'll be the next killer. 

Happy watching!




Share:

0 comments