47 Ronin #Review (Spoiler Alert!)


…Remember, there's sacrifice involved in any kind of life. Even the man who chooses the safe way has to give up the thrill of combat. The point is that once you know what you want, you must be prepared to sacrifice everything to get it. Those who realize this are the fortunate ones. Those who know and can try. What more can a man ask for than that?”  


Di awal abad ke-18, keadaan Jepang syarat dengan pesta pora, kemewahan, prostisusi, perdagangan bebas serta kebudayaan yang semakin modern. Terlihat makmur dan semakin maju di permukaan, namun di satu sisi kehidupan para petani di Jepang semakin sulit karena ada regulasi mengenai kebijakan pelestarian hidup. Di mana, dilarang membunuh seorangpun termasuk hewan bahkan hama. Keadaan ini membuat ekonomi Jepang merosot secara perlahan dan membawa Jepang menuju kehancuran.

Kekuataan dari kekuasaan Shogun semakin berkurang, karena para pedagan juga memiliki harta kekayaan dan kekuataan yang sama. Pengaruh dari prajurit serta samurai perlahan juga ikut memudar. Walaupun begitu, banyak para penguasa yang tidak peduli dan tetap mengikuti gaya kehidupan mewah sebagai wujud kekuasaan mereka.

Lord Asano, seorang daimyo dari Ako merupakan seorang samurai sejati. Ia tidak menyukai kemewahan. Namun, Ako tetap bersahaja dan makmur sentosa dibawah kekuasaanya tanpa harus mengikuti gaya hidup yang sedang popular saat itu.

Suatu ketika, ketika Lord Asano dan para samurai berburu ditengah hutan, Oishi, salah satu tangan kanan Lord Asano menemukan Kai yang pingsan di dalam hutan. Lord Asano membawa Kai ke Ako dan menampungnya di sana. Para samurai keberatan atas kebijakan dari Lord Asano, namun mereka tetap mematuhi. Walaupun mereka tetap tidak menyukai kehadiran Kai, yang dianggap bukan samurai seajati karena ia memiliki darah negeri asing di dalam tubuhnya.

Mika, anak perempuan Lord Asano, melihat sesuatu hal yang berbeda dari Kai. Di mata Mika dan Lord Asano, Kai adalah seseorang yang akan menentukan takdir dari Ako.

Suatu hari para penduduk Ako sangat sibuk untuk menjamu Shogun beserta para petingginya yang akan datang berkunjung ke Ako untuk melihat turnamen samurai. Ako, sebagai tuan rumah, menyambut hangat kedatangan Shogun dan para petingginya. Salah satu petinggi dari Shogun yang datang adalah Kira.

Suatu malam saat penjamuan, Lord Asano dikendalikan tubuh dan pikirannya oleh penyihir yang menjadi tangan kanan Kira. Karena tak berdaya dan termakan oleh ilusi sang penyihir, Lord Asano menyerang Kira saat ia tak bersenjata. Hal ini membuat Shogun marah dan memerintahkan Lord Asano untuk melakukan seppuku.

Kematian Lord Asano menumbuhkan dendam di dalam diri samurai. Shogun menurunkan mereka dari samurai menjadi seorang ronin. Dan Oishi, sebagai tangan kanan Lord Asano diperintahkan untuk tidak boleh membalaskan dendam tuannya. Karena Ako kehilangan pemimpin, serta Mika sang anak perempuan Lord Asano yang belum cukup dewasa untuk mengambil alih Ako, maka Kira sebagai salah satu petinggi Shogun, diperintahkan mengambil kempimpinan di Ako. Mika, yang merupakan putri dari Lord Asano, memiliki masa satu tahun untuk berkabung sebelum Kira menikahinya dan menjadikan daerah kekuasan Kira dan Lord Asano menjadi satu dibawah tangganya.

Kai, yang saat itu merupakan bukan seorang samurai, diusir dari negeri matahari. Sedangkan para samurai yang saat ini adalah ronin, diperintahkan oleh Kira untuk meninggalkan Ako dan daerah kekuasaanya yang lain serta dilarang memasukinya kembali.

Apakah Kai akan berdiam diri saja dan meninggalkan Mika dalam penderitaan yang mendalam? Apakah Oishi serta para ronin lainnya akan membalaskan dendam tuannya, Lord Asano?



Pertama, siapa yang kangen Keenu Reeves? Wuhuuu!
Sejujurnya, setelah film Constantine, gue jadi agak males liat film-film Keanu Reeves sih. Gue rasa dia selalu salah main film. Padahal gue sangat mengakui kemampuan akting Keanu. Berawal ngefans dari film-film Matrix, terus Constantine. Gile, disitu dia masih muda dan ganteng. Tapi jangan harap liat Keanu Reeves bakal seganteng dulu di film ini. Cuman, aktingnya masih oke punya kok!

Film ini dibintangi oleh banyak artis Jepang. Jujur gue gak pernah apal artis Jepang. Gue lebih taunya seiyuu doank. Cuman ada satu orang yang paling gue inget. Itu si Hiroyuki Sanada. Yang pernah main di The Last Samurai juga. Kemampuan mereka sebagai artis dari Jepang juga layak mendapat pujian. Walaupun seperti biasa, kendala orang Jepang kalo ngomong bahasa Inggris selalu jadi rancu ngedengernya.

Gue ingetin ya, bagi yang sudah pernah baca sejarah, novel, desas-desus, browsing, apal atau ngerti mengenai 47 Ronin, lebih baik jangan nonton filmnya. Dari segi cerita, ada yang bener-bener beda. Gue emang belum pernah baca, tapi gue sempet baca sinospsis novelnya dan di film ternyata gak sama. Walau bukan seluruhnya. Ini bukan kesalahan sutradara yang seenaknya bikin alur cerita baru, tapi emang sumber sejarah mengenai 47 Ronin ini banyak banget versinya. Jadi gak tahu mana yang asli. Tapi inti cerita tetep sama.

Gue bekespektasi tinggi saat liat trailer film ini. Eh tapi, bertepuk sebelah tangan. Gue ngeliat film 47 Ronin jadi gak ada bedanya sama film silat Indosiar. Kecuali di film ini animasinya lebih baik, dan kebudayaanya yang ada dalam cerita lebih kental aja. Dari awal sampai akhir film, ceritanya datar banget. Gue gak ngert, ini kenapa gak menengangkan, gak sedih, gak haru, gak menakutkan, gak menghibur. Biasa aja. Paling hanya satu dua adegan yang bikin jatung deg-degan. Sisanya? Boo.

Beberapa latar belakang karakter yang tidak dijelaskan. Jadi kesannya, bakal "ini apaansih? maksudnya apasih?' Kayak misalnya, si kai yang dibilang adalah manusia yang diajarkan teknik membunuh oleh para iblis. Tapi teknik membunuh yang mana? Yang kayak ngilang gitu? apa gimana? Gak ada penjelasan lebih lanjut. Ampe sekarangpun gue masih gak ngerti. 

Kalo tadi gue bilang akting Keanu Reeves bagus yap betul sekali. Dia masih saja lincah dan tetap keren main film laga. Cuman, gue gak ngerti, apa emang arahan sutradaranya yang kurang jelas, atau para artisnya yang kurang mendalami cerita, sehingga emosi mereka gak keluar secara maksimal. Seperti misalnya saat Lord Asano yang melakukan seppuku, dan Oishi, tangan kanan Lord Asano mempunyai tugas untuk melindungi kehormatan tuannya dengan memenggal kepala tuannya dengan tangan dan pedangnya sendiri. Bayangin, gimana perasaan lo kalo diposisi Oishi. Di satu sisi lo kesel tuan lo dijebak, di satu sisi sedih tuan lo bakal mati, di satu sisi lo bakal bangga karena tuan lo bakal mati terhormat, tapi di satu sisi elu yang bakal mengakhiri hidup tuan lo itu? Hayo?? Menjelimet banget. Tapi namanya tuntutan cerita, emosi Oishi harus maksimal banget di sini. tapi yang gue liat biasa aja. Dari raut muka, nafasnya, bahkan sorot mata yang gak gambarin keseluruhan perasaan emosi tadi.

Sama seperti si Mika yang sedihnya kayak ditinggal pacar ke luar negeri doank. Kurang maksimal deh. Sayangnya, kurang maksimalnya itu malah disaat seperti hal krusial dan disaat sebenernya mengharukan. Tapi yasudahlah. Mungkin kurang diarahin juga mereka harus berekspresi seperti apa.

Dari segi animasi jauh sangat dari film Avatar. Tapi juga gak jelek-jelek amat. Padahal gue nonton yang pake format 3D, tapi ya tetep biasa aja. Cuman satu adegan yang bener-bener berasa deg-degan karena pake efek 3D. Di awal film, terus yaudah gak nambah lagi. Buat dari segi animasi dan efek yaa biasa aja. Nothing new.

Kalau lo pikir di film ini bakal ada kekejaman, kekejian, darah, tangan putus, kepala copot dan melayang di udara, atau lainnya, lo salah besar. Adegan pertempuran cuman di akhir dan di awal. Tapi gue sendiri juga gak yakin sih. Apa emang banyak yang sadis sampe banyak yang disensor terus jadi gak ada sadisnya apa gimana. Soalnya ada satu karakter muncul di poster, tapi di filmnya muncul cuman 2 detik. Lah? Gue bingung. Kalo emang di sensos segitunya, kejem banget menurut gue. Harusnya disensor tuh yang bener-bener parah banget. Terus kasih rating Dewasa. Kan gampang. Ya asal bioskopnya disiplin juga sih. Udah tau rating dewasa, bocah tetep boleh masuk.

Tapi, gue salut sama sound efeknya. Keren booo. Berasa beneran lagi liat orang bertarung pake pedang di depan mata. Detingan antar dua mata pedang yang saling beradu itu bener-bener kedengeran banget. Bahkan kuping gue pas keluar bioskop jadi pengeng. Tapi seru banget. Aseli. Soalnya kedengeran nyata gitu. Jarang loh film-film yang kayak gini. Gue secara personal baru kali ini ngerasa begitu, soundefek yang kedengeran real banget. Untungnya di sini, yang ledakan gak begitu banyak dan heboh. Kalo ada, kuping gua keluar bisokop bisa berdarah-darah. 

Di imdb film ini berating 6.7. Buat gue, film ini mendapatkan rating 5.8. Gue gak ngerti apa yang mesti diapresiasi di film ini sih. Hampir semua elemen kurang maksimal. Sehingga euforia mengenai kegigihan para Ronin dan harga diri juga jadi kurang meresap saat ditonton. Padahal, sejarahnya sendiri gue rasa cukup memukau. Disebut-sebut keberanian dan kegagahan para 47 Ronin merupakan salah satu kisah balas dendam berdarah pada era tersebut. Tapi di filmnya? Yaah entahlah.....

Gue sangat amat merekomendasikan untuk tidak menonton film ini kecuali lo emang doyan buang waktu dan buang duit atau emang pecinta film fantasy, Jepang, Samurai, monsters, dll. Karena gue tertarik sama kebudayaan Jepang, Samurai jadilah gue pengen nonton film ini. Tapi gue saranin mending lo nunggu temen lo ada yg donlot terus lo tonton pas lagi ada waktu. Bagi yang emang pengen banget nonton di bioskop, kalo bisa sih gak usah 3D juga gapapa. Pake efek 3D juga gak terlalu berasa kok. Tapi kayaknya film ini emang khusus format 3D sih.  Pokoknya daripada menyesal seperti gue yang terbengong-bengong dan bertanya 'ini film kok begini amat?' Daripada lo mengalami hal yang sama.

Baiklah, gue mengucapkan selamat tahun baru dan happy watching everyone!



Share:

0 comments